Fokus
Teknologi

Transformasi Energi Hijau dan Inovasi Material Berkelanjutan

Share

Kolaborasi global antara perusahaan dan lembaga pengatur di sektor energi serta teknologi material mendorong inovasi untuk mengurangi jejak karbon dan meningkatkan ketahanan energi melalui solusi bahan berkelanjutan dan teknologi energi hijau.

19 Des 2025, 10.22 WIB

Insilico Medicine dan Aramco Gunakan AI Ciptakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan

Insilico Medicine dan Aramco Gunakan AI Ciptakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Insilico Medicine, perusahaan teknologi berbasis AI yang berasal dari Hong Kong, akan menandatangani kerja sama dengan Saudi Aramco dan anak perusahaannya, Luberef, untuk mengembangkan bahan bakar yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Dua perusahaan besar ini berencana menggabungkan teknologi canggih dengan sumber daya energi untuk mendukung keberlanjutan di masa depan. Melalui kemitraan ini, Insilico dan Aramco akan menggunakan platform AI untuk merancang molekul baru yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar sekaligus mengurangi emisi karbon dioksida. Teknologi ini memungkinkan pembuatan bahan bakar serta produk kimia yang dioptimalkan sesuai kondisi lingkungan dan kebutuhan pasar. Dalam kerjasama ini, Luberef akan fokus pada peningkatan umur dan keberlanjutan bahan dasar oli dan pelumas, guna mendukung industri yang lebih hijau dan tahan lama. Hal ini sangat penting mengingat kebutuhan pasar akan produk yang tidak hanya berkinerja tinggi tapi juga minim dampak lingkungan. Investasi sebesar 95 juta dolar AS yang telah diterima Insilico dari Prosperity7 Ventures yang didukung Aramco menunjukkan kepercayaan besar terhadap potensi teknologi AI di bidang energi dan material. Kesepakatan ini juga merupakan bagian dari upaya Hong Kong untuk menjadi tujuan listing sekunder bagi Aramco yang memiliki kapitalisasi pasar besar. Kunjungan resmi pemimpin Hong Kong, John Lee Ka-chiu, ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab bertujuan meningkatkan hubungan ekonomi antara Hong Kong dan negara-negara Timur Tengah. Kolaborasi baru ini bisa membuka peluang bisnis dan inovasi teknologi yang lebih luas di masa depan antara kedua kawasan.
19 Des 2025, 06.30 WIB

Kenaikan Harga Baterai di Tiongkok Didorong oleh Lithium dan Permintaan AI

Kenaikan Harga Baterai di Tiongkok Didorong oleh Lithium dan Permintaan AI
Industri baterai di Tiongkok telah mengalami tekanan besar selama tiga tahun karena perang harga yang membuat harga jual baterai turun drastis. Namun, tren mulai berubah setelah produsen baterai Deegares mengumumkan kenaikan harga sebesar 15 persen. Kenaikan harga ini dipicu oleh melonjaknya harga lithium, logam penting untuk produksi baterai isi ulang, yang naik sekitar 70 persen sejak titik terendahnya tahun ini. Lonjakan ini dipacu oleh investasi global dalam teknologi kecerdasan buatan dan peningkatan pesat pembelian kendaraan listrik di Tiongkok. Pemerintah Tiongkok melalui Kementerian Industri dan Teknologi Informasi menggelar pertemuan dengan para pemimpin industri baterai, termasuk BYD, dan berjanji untuk mempercepat kebijakan guna mengekang kompetisi 'tidak rasional' yang selama ini merugikan banyak perusahaan. Meskipun ada dukungan pemerintah, beberapa perusahaan seperti Envision Group melaporkan bahwa banyak pelaku dalam rantai pasokan baterai masih menjual produknya di bawah biaya produksi, yang menyebabkan penurunan harga hingga 80 persen dalam tiga tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa pasar baterai masih dalam kondisi persaingan ketat. Analis dan bank investasi memperkirakan kampanye anti-involusi pemerintah akan terus berlanjut meskipun kenaikan harga saat ini, menandakan bahwa industri baterai Tiongkok masih menghadapi tantangan besar untuk mencapai stabilitas dan keuntungan yang lebih sehat.
18 Des 2025, 01.11 WIB

Kebijakan Emisi Mobil Uni Eropa 2035 Direvisi, Reaksi Beragam Menghiasi Perdebatan

Kebijakan Emisi Mobil Uni Eropa 2035 Direvisi, Reaksi Beragam Menghiasi Perdebatan
Komisi Eropa mengusulkan perubahan kebijakan penting mengenai kendaraan bermotor baru yang dijual mulai tahun 2035. Awalnya, semua kendaraan harus ramah lingkungan tanpa emisi karbon, yakni 100% mobil listrik. Namun kini, Komisi mengubah target menjadi pengurangan emisi sebesar 90%. Hal ini berarti masih ada ruang untuk kendaraan berbahan bakar fosil dan mobil hybrid dalam jumlah terbatas. Usulan ini menimbulkan reaksi beragam di antara berbagai pihak. Industri otomotif Jerman, melalui VDA, menganggap usulan ini kurang fleksibel dan gagal menciptakan solusi yang realistis. Sementara kelompok lingkungan seperti Transport & Environment kecewa karena anggapan mereka bahwa ini hanyalah cara menunda transisi ke kendaraan listrik, yang berpotensi melemahkan posisi Eropa di pasar global. Analis investasi seperti UBS menyebut kebijakan ini sebagai penyesuaian moderat yang tidak terlalu mengubah arah industri. Mereka memandang hilangnya larangan kendaraan bahan bakar fosil pada 2035 sebagai faktor yang bisa menenangkan risiko denda regulasi, namun tidak akan mengubah strategi investasi produsen mobil Eropa secara signifikan. Sementara itu, penjualan mobil Cina di pasar Eropa meningkat tajam karena harga yang kompetitif dan fitur yang tepat sasaran. Ini mengkhawatirkan pelaku industri Eropa yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pasar akan kendaraan listrik yang lebih terjangkau dan efisien. Para pengamat merekomendasikan agar industri Eropa fokus pada inovasi teknologi sebagai cara untuk bersaing. Situasi ini masih akan terus berkembang di Parlemen Eropa, dengan kelompok partai terbesar EPP yang mendukung pendekatan teknologi netral dan realistis. Proses legislative yang panjang akan menentukan bagaimana kebijakan final akan mampu menyeimbangkan tujuan lingkungan dengan daya saing industri otomotif di Eropa.