Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Fokus
Teknologi

Kerentanan Teknologi Militer yang Muncul Mengungkap Risiko Strategis

Share

Serangkaian insiden dan inovasi—mulai dari gangguan sinyal GPS dan BeiDou di Nanjing, dilema drone 'black flying', uji pengisian bahan bakar udara untuk drone, hingga peretasan sistem kelistrikan kritis—mengungkap celah dalam teknologi militer. Persaingan teknologi antara China dan Amerika Serikat menimbulkan kekhawatiran global mengenai keamanan nasional dan stabilitas strategis, serta menuntut inovasi untuk mengurangi kerentanan yang dapat mengancam pertahanan dunia.

20 Des 2025, 18.00 WIB

Gangguan Sinyal Satelit di Nanjing Lumpuhkan Layanan Pengiriman dan Transportasi

Gangguan Sinyal Satelit di Nanjing Lumpuhkan Layanan Pengiriman dan Transportasi
Pada Rabu sore hingga malam hari, kota Nanjing di China mengalami gangguan besar pada sistem navigasi satelit seperti GPS dan BeiDou. Gangguan ini berlangsung selama sekitar 6 jam dan memengaruhi berbagai layanan yang bergantung pada lokasi seperti pengiriman makanan, transportasi online, dan kontrol drone. Selama periode gangguan, pengguna melaporkan masalah serius seperti posisi yang meleset jauh hingga 57 km dan kehilangan data peta jalan. Hal ini membuat layanan seperti ride-hailing menurun 60% dan efisiensi pengiriman makanan berkurang sebesar 40%, yang berdampak pada kehidupan dan aktivitas ekonomi warga kota. Menurut asosiasi industri satelit setempat, gangguan ini bukan akibat masalah jaringan seluler, melainkan interferensi khusus pada frekuensi sinyal satelit yang ditujukan untuk penggunaan sipil. Akibatnya, perangkat yang mengandalkan sistem navigasi satelit tidak dapat menentukan posisi dengan tepat. Menariknya, perangkat dengan peta offline pun tetap mengalami masalah karena tidak ada data posisi valid yang masuk, sehingga fungsi navigasi menjadi tidak efektif. Sistem berbagi sepeda juga mengalami kesalahan lokasi yang besar, menambah kesulitan dalam aktivitas harian masyarakat. Insiden ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga keamanan dan keandalan sinyal satelit GNSS. Ke depan, perlu pengembangan teknologi yang mampu mengatasi interferensi dan menjamin kelancaran layanan berbasis lokasi di kota besar seperti Nanjing.
20 Des 2025, 17.00 WIB

Bahaya Drone Terbang di Ketinggian Ekstrem Dekat Jalur Pesawat Komersial di China

Bahaya Drone Terbang di Ketinggian Ekstrem Dekat Jalur Pesawat Komersial di China
China sedang menghadapi masalah serius terkait penggunaan drone ilegal yang terbang di ketinggian sangat tinggi, mencapai lebih dari 8.000 meter. Ini ketinggian yang hampir sama dengan puncak gunung Everest dan jauh melebihi batas terbang yang ditentukan oleh pemerintah. Video-video yang diambil oleh drone ini menjadi viral dan memperlihatkan betapa dekatnya drone dengan jalur penerbangan pesawat komersial. Menurut aturan di China, drone ringan hanya boleh diterbangkan sampai ketinggian 120 meter tanpa izin resmi. Jika ingin terbang lebih tinggi, pilot drone wajib memiliki izin dan hanya pilot berlisensi yang dapat mengajukan permohonan tersebut. Namun, pilot drone tersebut terbang jauh di atas batas ini dan bahkan menggunakan dokumen pengesahan palsu yang membuatnya tampak legal. Insiden ini pertama kali diketahui publik melalui suatu konten kreator di platform Douyin, yang menunjukkan bukti drone terbang ilegal tersebut di wilayah Hunan dan Guangdong. Kedua wilayah ini adalah rute penerbangan yang sangat sibuk dengan pesawat komersial yang lewat setiap beberapa menit. Ini menimbulkan risiko benturan yang sangat tinggi dengan pesawat yang sedang terbang. Pihak berwenang di Hunan telah memulai investigasi atas kasus ini. Mereka menilai aktivitas drone seperti ini bukan hanya melanggar hukum, tapi juga sangat berbahaya bagi keselamatan penerbangan. Jika drone sampai menabrak pesawat, akibatnya bisa sangat fatal bagi penumpang dan kru pesawat. Sebagai tanggapan, otoritas China sedang berupaya meningkatkan pengawasan terhadap operasi drone. Mereka juga mempertimbangkan kemungkinan memperbolehkan drone terbang sampai 6.000 meter di masa depan, asal dengan teknologi pengawasan dan kebijakan yang sesuai untuk menghindari risiko keselamatan.
19 Des 2025, 19.00 WIB

Drone China Kini Bisa Isi Bahan Bakar di Udara, Serang Kota AS Makin Dekat

Drone China Kini Bisa Isi Bahan Bakar di Udara, Serang Kota AS Makin Dekat
Sebuah universitas di China, Northwestern Polytechnical University, telah berhasil menguji teknologi pengisian bahan bakar di udara untuk drone secara otonom. Ini adalah kemajuan penting yang memungkinkan drone terbang lebih jauh tanpa harus mendarat untuk isi bahan bakar. Dalam uji coba tersebut, dua drone digunakan; satu berfungsi sebagai tanker yang mengisi bahan bakar dan satunya lagi sebagai penerima. Drone penerima berhasil menemukan dan mengisi bahan bakar secara otomatis dengan bantuan sistem navigasi yang canggih. Teknologi ini sangat penting untuk drone berat bernama Jiu Tian yang sudah punya jangkauan resmi 7,000 kilometer tapi tidak bisa langsung mencapai wilayah AS dari China tanpa pengisian bahan bakar tambahan. Dengan pengisian bahan bakar di udara, jangkauan serang drone Jiu Tian bisa mencapai dua kali lipat, yang berarti kota besar di AS bagian timur seperti Washington, New York, dan Miami bisa disasar oleh drone tersebut. Pernyataan resmi dari universitas juga menyatakan peran penting mereka dalam pengembangan Jiu Tian yang melakukan penerbangan perdananya pada tanggal 12 Desember. Ini menandai kemajuan signifikan dalam program drone militer China.
19 Des 2025, 14.49 WIB

Tiongkok Gantikan Software AS untuk Jaringan Listrik dengan Teknologi Lebih Cepat

Tiongkok Gantikan Software AS untuk Jaringan Listrik dengan Teknologi Lebih Cepat
Selama puluhan tahun, sebagian besar jaringan listrik dan pasar finansial dunia bergantung pada perangkat lunak canggih yang dikembangkan oleh perusahaan Amerika Serikat. Perangkat lunak ini digunakan sebagai algoritma utama untuk mengatur operasi penting seperti pengaktifan pembangkit listrik dan pengelolaan aset dalam jumlah besar. Namun, teknologi ini sangat tertutup dan hanya diketahui oleh pembuatnya saja. Baru-baru ini, Tiongkok mengambil langkah besar dengan mengganti perangkat lunak buatan Amerika yang selama ini digunakan untuk menjalankan jaringan listriknya. Pasar listrik terbesar di dunia, Southern Regional Electricity Market, kini menggunakan Tianquan, solusi yang dikembangkan oleh insinyur Tiongkok, yang mampu bekerja 14 persen lebih cepat dibandingkan produk AS. Perusahaan-perusahaan besar Tiongkok seperti State Grid dan Huawei juga telah berhenti menggunakan solver dari Amerika Serikat. Hal ini menandakan bahwa Tiongkok berhasil mencapai kemandirian teknologi dalam pengelolaan jaringan listrik yang sangat penting untuk negara tersebut. Perubahan ini bukan hanya penting bagi Tiongkok saja, tetapi bisa menjadi inspirasi bagi negara-negara lain di Asia Tenggara, Amerika Latin, dan berbagai wilayah lainnya untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap teknologi Amerika Serikat dan mulai menggunakan teknologi buatan mereka sendiri. Jika tren ini terus berlangsung, akan terjadi pergeseran besar dalam kekuatan teknologi global, dari yang sebelumnya hampir didominasi oleh Amerika Serikat, kini semakin terbuka kesempatan bagi negara lain untuk mengambil alih peranan penting dalam software industri yang menjadi inti pengelolaan sistem vital dunia.

Baca Juga

  • Meningkatnya Penipuan Mobile Banking dan Ancaman Pencurian Data

  • Kerentanan Teknologi Militer yang Muncul Mengungkap Risiko Strategis

  • Lonjakan Robot Humanoid di China Transformasi Sektor Komersial dan Manufaktur

  • Konsolidasi Industri Teknologi: Akuisisi Strategis Membentuk Kembali Inovasi

  • Peningkatan Sengketa Hukum di Dunia Teknologi: Perebutan Hak Kekayaan Intelektual dan Data