Pomodo Logo IconPomodo Logo Icon
Tanya PomodoSemua Artikel
Semua
Pomodo
TwitterInstagram
Tentang
TeknologiKecerdasan BuatanKendaraan Listrik dan BateraiKeamanan SiberPengembangan SoftwareGadgets dan WearablePermainan Console, PC, Mobile dan VRRobotika
BisnisEkonomi MakroStartup dan KewirausahaanManajemen dan Strategi BisnisMarketing
SainsFisika dan KimiaMatematikaNeurosains and PsikologiKesehatan dan Obat-obatanIklim dan LingkunganAstronomi dan Penjelajahan Luar Angkasa
FinansialMata Uang KriptoInvestasi dan Pasar ModalPerencanaan KeuanganPerbankan dan Layanan KeuanganKebijakan Fiskal
Stories
Teknologi

Ekspansi dan Inovasi AI Komprehensif Google

Share

Google secara agresif memperluas integrasi AI ke dalam berbagai produk dan layanan mereka, termasuk peluncuran aplikasi NotebookLM untuk Android dan iOS, pengembangan asisten AI universal untuk Chrome, serta kolaborasi strategis dengan Warby Parker untuk kacamata pintar berbasis AI. Inisiatif-inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan fungsionalitas dan pengalaman pengguna melalui teknologi AI canggih.

22 Mei 2025, 23.00 WIB

Google Hadirkan Kecerdasan Gemini untuk Buat Rumah Pintar Jadi Lebih Cerdas

Google Hadirkan Kecerdasan Gemini untuk Buat Rumah Pintar Jadi Lebih Cerdas
Google mengumumkan bahwa mereka membawa teknologi kecerdasan buatan Gemini ke API Google Home, yang memungkinkan pengembang perangkat rumah pintar menciptakan fitur yang lebih canggih dan mudah digunakan. Dengan integrasi ini, aplikasi pihak ketiga dapat mengakses AI untuk membantu pengaturan dan pengontrolan perangkat di rumah. Salah satu fitur utama adalah kemampuan AI untuk menganalisis rekaman kamera Nest dan memberikan deskripsi berupa teks yang bisa dicari. Ini berguna misalnya saat Anda ingin mengetahui apakah anak-anak meninggalkan sepeda mereka di teras rumah tanpa harus membuka aplikasi Google Home. Pengembang juga dapat membuat otomatisasi yang dapat dijalankan dengan bahasa percakapan alami, seperti memberi perintah langsung tanpa pengaturan rumit. Gemini bahkan dapat menyarankan otomatisasi berdasarkan perangkat yang ada di rumah, membuat pengalaman mandiri bagi pengguna yang kurang mahir teknologi. Beberapa perusahaan seperti ADT, Cync, dan iRobot sudah mulai menggunakan API ini untuk meningkatkan aplikasi perangkat mereka, misalnya Roomba yang otomatis mulai membersihkan saat Anda meninggalkan rumah. Ini menunjukkan bagaimana ekosistem rumah pintar menjadi lebih terhubung dan mudah dioperasikan. Google juga berencana merilis fitur ini secara bertahap melalui program akses awal, dan dukungan untuk perangkat lain seperti layar pintar, Google TV, dan tablet Pixel akan hadir tahun ini. Meski Google Assistant sudah tidak ada di ponsel, fitur Gemini tetap dikembangkan untuk perangkat smart speaker dan Nest, memperkuat pengalaman rumah pintar ke depannya.
22 Mei 2025, 22.30 WIB

Penyelidikan Departemen Kehakiman Terhadap Kesepakatan AI Google dan Character.AI

Penyelidikan Departemen Kehakiman Terhadap Kesepakatan AI Google dan Character.AI
Departemen Kehakiman Amerika Serikat sedang menyelidiki kesepakatan antara Google dan perusahaan pembuat chatbot populer, Character.AI. Penyidikan ini terkait kemungkinan pelanggaran hukum antitrust dalam pengaturan teknologi kecerdasan buatan. Kesepakatan tersebut melibatkan pendiri Character.AI yang kembali bergabung dengan Google bersama beberapa anggota tim riset mereka. Namun, Google hanya menerima lisensi non-eksklusif atas teknologi AI tanpa memiliki saham di Character.AI. Regulator khawatir bahwa perusahaan besar seperti Google dapat menggunakan posisi mereka untuk menghindari pengawasan merger formal dan mencegah persaingan yang sehat dengan startup AI yang inovatif. Selain kasus ini, Departemen Kehakiman juga mengajukan tuntutan agar Google memisahkan browser Chrome sebagai bagian dari upaya meningkatkan persaingan dalam pasar pencarian online dan iklan digital. Penyelidikan ini masih dalam tahap awal dan belum ada tuduhan resmi terhadap Google. Keputusan penting terkait hal ini diperkirakan akan keluar pada musim panas, yang mungkin berdampak pada pengaturan perusahaan teknologi besar di masa depan.
22 Mei 2025, 03.16 WIB

Google Hadirkan AI Mode dan Smart Glasses untuk Hadapi Ancaman Pesaing AI Baru

Google Hadirkan AI Mode dan Smart Glasses untuk Hadapi Ancaman Pesaing AI Baru
Google mengambil langkah besar untuk mengembangkan produk Search-nya dengan memasukkan fitur AI Mode yang memungkinkan pengguna berinteraksi dengan AI secara percakapan, mirip dengan ChatGPT dan layanan AI chatbot populer lainnya. Ini dilakukan agar Search tradisional tidak kalah dengan produk AI baru. Fitur AI Mode menggunakan teknik 'query fan-out' yang membagi pertanyaan pengguna menjadi beberapa subtopik sehingga pencarian lebih mendalam dan hasilnya lebih lengkap dibandingkan pencarian biasa. Selain AI Mode, Google menambahkan fitur agentic AI yang bisa membantu mengawasi produk belanjaan pengguna hingga proses pembelian selesai, termasuk fitur try-on yang memungkinkan pengguna mencoba pakaian lewat gambar digital dari dirinya sendiri. Tak hanya mengembangkan AI dalam Search, Google juga menyadari ancaman besar dari perangkat wearable seperti smart glasses yang sedang dipacu oleh Meta. Oleh sebab itu, Google menggandeng beberapa perusahaan terkenal untuk membuat smart glasses sendiri. Langkah-langkah ini menunjukkan tekad Google untuk tetap menjadi raja pencarian dunia meskipun menghadapi tekanan dari startup AI dan tindakan antitrust, dan untuk menjawab perubahan dalam cara orang berinteraksi dengan teknologi di masa depan.
22 Mei 2025, 02.52 WIB

Google Luncurkan SynthID Detector untuk Deteksi Konten AI dengan Watermark

Google Luncurkan SynthID Detector untuk Deteksi Konten AI dengan Watermark
Google memperkenalkan SynthID Detector, sebuah alat baru yang dapat mendeteksi apakah sebuah konten digital dibuat dengan bantuan AI Google. Alat ini bekerja dengan memindai konten untuk mencari watermark khusus yang diterapkan oleh Google pada hasil AI mereka. WatermarkSynthID digunakan pada gambar, teks, audio, dan video yang dibuat menggunakan model AI populer Google seperti Gemini dan Imagen. Ini membantu membedakan konten asli dan konten yang dibuat oleh mesin agar tercipta transparansi bagi pengguna. Ketika pengguna mengunggah media ke portal SynthID Detector, alat ini akan menunjukkan bagian mana dari konten yang berpotensi mengandung watermark. Misalnya, untuk audio, bagian tertentu akan ditunjukkan, dan untuk gambar, area spesifik akan diberi tanda. Saat ini alat ini baru tersedia untuk pengguna penguji awal dan mereka yang mendaftar di daftar tunggu. Google mengatakan mereka akan mengumpulkan masukan dari pengguna ini untuk pengembangan alat agar bisa digunakan oleh lebih banyak orang di kemudian hari. Sasaran dari SynthID Detector adalah untuk memastikan agar pengguna dapat mengetahui dan membedakan konten yang dibuat oleh AI dan memberikan transparansi lebih dalam dunia digital yang semakin berkembang dengan teknologi AI.
21 Mei 2025, 23.48 WIB

Google Batasi Kontrol Penerbit atas Konten di Hasil Pencarian AI Demi Monetisasi

Google Batasi Kontrol Penerbit atas Konten di Hasil Pencarian AI Demi Monetisasi
Google menghadapi kritik karena tidak memberikan pilihan penuh kepada penerbit konten untuk mengontrol penggunaan konten mereka dalam hasil pencarian berbasis AI. Sebuah dokumen internal yang bocor mengungkap bahwa Google sebenarnya membahas opsi kontrol yang lebih rinci, namun memilih untuk membatasi opsi tersebut demi kepentingan monetisasi. Dokumen itu diungkap saat sidang antitrust di Amerika Serikat yang menyelidiki dugaan monopoli Google dalam pencarian online. Google menggunakan data pencarian mereka sebagai keunggulan besar untuk pengembangan AI dibanding pesaing seperti Perplexity dan OpenAI. Namun, fitur seperti AI Overviews yang menggunakan konten penerbit secara langsung justru bisa merugikan penerbit karena mengurangi jumlah pengunjung ke situs mereka. Google hanya memberikan opsi bagi penerbit untuk sepenuhnya keluar dari pengindeksan jika mereka tidak setuju dengan penggunaan tersebut. Google juga diam-diam memperbarui informasi terkait kontrol yang bisa dilakukan penerbit tanpa pengumuman publik, dan sengaja membuat penjelasannya sulit dipahami agar penerbit tidak mengerti dengan jelas apa yang mereka setujui atau tolak. Meski Google membantah bahwa dokumen tersebut mencerminkan keputusan akhir, situasi ini menunjukkan ketegangan antara kebutuhan penerbit untuk melindungi konten mereka dan strategi Google untuk menguasai ruang pencarian berbasis AI guna monetisasi.
21 Mei 2025, 23.00 WIB

Google Tambah Iklan di Hasil Pencarian AI Mode untuk Semua Pengguna AS

Google baru saja meluncurkan fitur baru bernama AI Mode yang mengubah cara kita mencari informasi di internet. Fitur ini menggunakan kecerdasan buatan untuk memberikan ringkasan jawaban sekaligus tautan yang relevan kepada pengguna. Namun, Google mulai menguji penempatan iklan di dalam fitur AI Mode tersebut. Iklan ini akan ditampilkan dengan label 'sponsored' supaya pengguna tahu bahwa itu adalah konten berbayar. Contohnya, jika kamu mencari cara membuat website, AI Mode mungkin menampilkan panduan langkah demi langkah sekaligus iklan untuk layanan pembuat website seperti Wix. Selain itu, Google juga membawa iklan ke AI Overviews di desktop. AI Overviews adalah ringkasan yang muncul di atas hasil pencarian utama seperti daftar produk yang disponsori saat kamu mencari barang tertentu. Rencana Google ini akan diuji coba terlebih dahulu di Amerika Serikat dan kemudian diperluas ke beberapa negara lain dalam bahasa Inggris. Jadi, dalam waktu dekat, pengalaman mencari dengan AI di Google akan semakin melibatkan iklan.
21 Mei 2025, 18.30 WIB

Google AI Mode: Pencarian Otomatis Canggih yang Memudahkan Hidupmu

Google I/O menunjukkan bagaimana Google memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mengubah cara kita mencari informasi di internet. Dengan AI Mode di Google Search, AI dapat melakukan banyak pencarian sekaligus dan menggabungkan hasilnya menjadi satu jawaban yang berguna, sehingga pengguna tidak perlu repot mencari satu per satu. Teknik inti yang digunakan adalah query fanout, di mana AI membagi pertanyaan sulit menjadi banyak subtopik dan melakukan pencarian secara serentak ke berbagai sumber. Ini membuat hasil pencarian lebih mendalam dan akurat dibandingkan cara tradisional yang hanya menampilkan daftar link. Selain itu, Google menggunakan data real-time dari banyak sumber seperti Knowledge Graph, Shopping Graph, dan kontribusi komunitas Maps untuk memberikan hasil yang up-to-date dan personal. Contohnya, AI dapat membuat daftar restoran, bar, dan tempat unik yang rekomendasinya sesuai dengan kebutuhan pengguna. Google juga memperkenalkan Project Mariner dan Agent Mode, yang dapat melakukan tugas kompleks di internet atas instruksi pengguna, termasuk membeli tiket atau mencari apartemen tanpa harus mengulangi semuanya secara manual. Fitur Teach and Repeat membuat Project Mariner bisa belajar tugas dan mengulanginya sendiri. Dengan semua teknologi ini, Google percaya AI akan menjadi mesin penemuan terbaik di web, membantu pengguna menemukan hal-hal baru dengan cara yang jauh lebih mudah dan efisien, bahkan melakukan pencarian yang seakan-akan mereka sendiri yang melakukannya.
21 Mei 2025, 17.17 WIB

Kolaborasi Kering dan Google Kembangkan Kacamata Pintar Berbasis AI Stylish

Kering Eyewear yang merupakan anak perusahaan dari grup barang mewah Prancis, bekerja sama dengan Google untuk menciptakan kacamata pintar yang menggabungkan desain mewah dan teknologi extended reality (XR). Proyek ini bertujuan menghasilkan kacamata yang tidak hanya modis tapi juga dilengkapi fitur AI canggih. Fitur-fitur AI pada kacamata ini akan memberikan pengalaman yang personal dan intuitif, seperti interaksi pintar dan kesadaran kontekstual. Ini juga menempatkan kenyamanan dan gaya sebagai prioritas utama agar pengguna merasa nyaman saat memakainya dalam berbagai situasi. Dalam waktu bersamaan, Google juga menjalin kerja sama dengan Warby Parker untuk mengembangkan lini kacamata pintar lain yang cocok untuk dikenakan sepanjang hari. Produk ini akan menggabungkan teknologi multimodal AI dan ditargetkan diluncurkan setelah tahun 2025. Google telah menginvestasikan hingga Rp 1.23 triliun ($75 juta) untuk proyek bersama Warby Parker, dengan investasi tambahan yang tergantung pada pencapaian milestone. Kedua proyek tersebut menunjukkan langkah besar Google dalam mengembangkan teknologi wearable computing yang stylish dan praktis. Para pemimpin dari ketiga pihak menuturkan bahwa kolaborasi ini menggabungkan keahlian dalam desain kacamata serta teknologi canggih agar konsumen dapat menikmati produk yang nyaman, bergaya, dan memberikan pengalaman teknologi yang beragam dalam kehidupan sehari-hari.
21 Mei 2025, 17.03 WIB

Persaingan Sengit Silicon Valley Dalam Merekrut Peneliti AI Super Bintang

Lomba menguasai teknologi kecerdasan buatan di Silicon Valley kini fokus pada merekrut para peneliti AI terbaik. Setelah kemunculan ChatGPT, perusahaan teknologi besar seperti OpenAI dan Google semakin berlomba menawarkan gaji dan bonus bernilai jutaan dolar agar talenta terbaik mau bergabung dan bertahan. Peneliti AI dianggap sangat penting karena hanya segelintir orang memiliki keahlian yang bisa mengubah arah pengembangan teknologi ini. Mereka yang tergolong elit bahkan menerima kompensasi hingga puluhan juta dolar per tahun, jauh lebih besar dibandingkan insinyur teknologi biasa. Perusahaan pun menggunakan metode kreatif dalam mencari dan menarik talenta, seperti memakai teknik analisis data ala olahraga untuk menemukan calon peneliti potensial dari berbagai latar belakang, termasuk fisika dan komputasi kuantum, yang sebelumnya tidak umum masuk dunia AI. Beberapa peneliti tidak semata-mata mengejar uang, melainkan lebih mengutamakan sumber daya dan lingkungan kerja yang mendukung riset mereka. Namun, demi mempertahankan para ahli ini, beberapa perusahaan bahkan memberikan bonus retensi dan ekuitas bernilai jutaan dolar. Persaingan ini makin memanas setelah mantan eksekutif OpenAI mendirikan perusahaan rival, serta tokoh-tokoh besar seperti Elon Musk turut aktif dalam perburuan talenta. Hal ini menandai masa baru dalam industri AI, di mana bakat dan sumber daya menjadi kunci utama kesuksesan.
21 Mei 2025, 00.45 WIB

Google Hadirkan Fitur AI Canggih Untuk Mempermudah Belanja Online

Google mengumumkan fitur baru berbasis AI untuk pengalaman berbelanja online yang lebih personal dan efisien, termasuk panel visual di Google Search dengan AI Mode. Kini pengguna bisa melihat produk yang disesuaikan dengan selera dan kebutuhan mereka secara mudah. Fitur AI Mode menggunakan teknik khusus bernama query fan-out yang menjalankan beberapa pencarian sekaligus agar hasilnya sangat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pengguna, misalnya ketika mencari tas dengan fitur tahan air untuk perjalanan di Portland bulan Mei. Google juga memperkenalkan pelacakan harga yang memungkinkan pengguna menetapkan target harga produk yang diinginkan dan menerima notifikasi saat harga turun. Dengan fitur agentic checkout, pembelian dapat dilakukan otomatis menggunakan Google Pay setelah konfirmasi pengguna. Fitur virtual try-on terbaru memungkinkan pengguna mengunggah foto diri dengan pakaian ketat di bawah pencahayaan yang baik agar bisa mencoba pakaian secara virtual. Teknologi ini menggunakan model AI canggih untuk mensimulasikan bagaimana pakaian akan terlihat dan bergerak pada tubuh pengguna. Fitur-fitur ini akan diluncurkan di Amerika Serikat dalam waktu dekat dan akan menantang kemampuan teknologi serupa yang dikembangkan oleh sejumlah startup dan chatbot AI populer, menjadikan Google semakin terdepan dalam inovasi teknologi belanja berbasis AI.
Setelahnya

Baca Juga

  • Perangkat Realitas Tertambah Berbasis AI Mengubah Interaksi Manusia

  • Kebocoran Data Coinbase Mempengaruhi Lebih dari 69.000 Pelanggan

  • OpenAI Mengakuisisi Perusahaan Desain Jony Ive untuk Meningkatkan Desain Produk AI

  • Terobosan dalam Teknologi Baterai Berkelanjutan

  • Ekspansi dan Inovasi AI Komprehensif Google