
Intel menghadapi tantangan besar dengan pemotongan karyawan sekitar 24.000 orang pada tahun 2025, yang berarti mengurangi jumlah tenaga kerjanya hampir seperempat dari total karyawan inti. Langkah ini dilakukan setelah penundaan dan penghentian proyek besar di Jerman dan Polandia, yang memperlihatkan bahwa perusahaan harus merestrukturisasi bisnisnya agar lebih efisien dan sesuai permintaan pasar.
CEO Intel, Lip-Bu Tan, mengatakan bahwa perusahaan terlalu berinvestasi dalam pembuatan pabrik tanpa memastikan permintaan yang cukup. Ia berencana agar pembangunan kapasitas produksi berjalan seiring dengan pencapaian milestone sehingga Intel tidak lagi membangun kapasitas yang tidak dibutuhkan. Ini penting untuk memulihkan kepercayaan pelanggan dan menyesuaikan strategi yang lebih realistis.
Selain pengurangan karyawan, Intel juga mengalihkan operasi perakitan dan pengujian dari Costa Rica ke Vietnam, namun sebagian besar tenaga kerja di Costa Rica tetap dipertahankan dalam bidang engineering dan korporasi. Intel juga memperlambat pembangunan fasilitas di Ohio tetapi tetap berkomitmen untuk investasi di lokasi tersebut demi masa depan bisnisnya.
Secara finansial, Intel masih merugi sebesar Rp 47.69 triliun ($2,9 miliar) pada kuartal kedua 2025 akibat restrukturisasi dan biaya PHK, meskipun pendapatan tetap stabil dibanding tahun sebelumnya. Bisnis data center, walau tumbuh kecil sekitar 4 persen, belum menunjukkan hasil maksimal meskipun ada kenaikan permintaan AI. Namun, produk chip laptop terbaru Intel tetap on track untuk diluncurkan sesuai jadwal.
CEO Tan mengambil peran langsung dalam menyetujui setiap desain chip utama untuk memastikan kualitas dan kinerja yang lebih baik, serta akan memperkenalkan kepemimpinan baru dalam divisi data center. Strategi Intel ke depan akan fokus pada solusi penuh untuk AI dengan pendekatan yang lebih terkendali dan terukur agar perusahaan dapat bangkit dari masa sulit ini.