
Para ilmuwan Jerman telah menemukan cara baru untuk memproduksi serat karbon menggunakan mikroalga, bukan bahan bakar fosil seperti yang selama ini digunakan. Mikroalga ini menyerap karbon dioksida dari udara dan menyimpannya sebagai minyak energi tinggi yang kemudian diolah menjadi bahan baku serat karbon. Inovasi ini diharapkan bisa mengurangi jejak karbon yang selama ini terkait dengan pembuatan serat karbon konvensional.
Biasanya, bahan dasar untuk membuat serat karbon berasal dari bahan kimia berbasis petroleum, yang prosesnya mencemari lingkungan. Namun, sekarang para peneliti dari Technical University of Munich dan Fraunhofer Institute telah berhasil mengubah minyak dari mikroalga menjadi acrylonitrile, bahan utama serat karbon. Proses ini sudah diuji coba di laboratorium dan siap melangkah ke skala industri.
Kerjasama dengan produsen karbon Jerman, SGL Carbon, menunjukkan bahwa serat karbon yang dibuat dari bahan bio ini memiliki kekuatan dan ketahanan yang sama dengan serat karbon biasa. Bahkan Airbus, perusahaan penerbangan terkenal, telah menggunakan material serat karbon bio ini untuk membuat bagian komponen helikopter penelitian yang berhasil terbang pada tahun 2024.
Selain memberikan solusi teknis, penggunaan mikroalga sebagai bahan dasar membuka peluang untuk menciptakan siklus produksi yang sebagian besar karbon-negatif. Ini berarti prosesnya dapat membantu menurunkan emisi karbon dan mendukung upaya global melawan perubahan iklim. Proses tersebut juga dijalankan dengan energi terbarukan yang memperkuat dampak positifnya bagi lingkungan.
Selanjutnya, tim peneliti berharap bisa mendapat dana lebih untuk mengembangkan teknologi ini sehingga bisa digunakan lebih luas, tidak hanya di sektor penerbangan tetapi juga untuk alat transportasi, turbin angin, dan perlengkapan olahraga. Dengan adopsi yang lebih luas, teknologi ini dapat membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan bergerak maju menuju industri kimia yang lebih ramah lingkungan.