
Hari ini, satelit NISAR dengan resolusi sangat tinggi diluncurkan dalam kerja sama terbesar antara NASA dan ISRO untuk memantau perubahan di permukaan bumi secara detail. Satelit ini mampu mendeteksi pergeseran fisik permukaan tanah sampai sebesar satu sentimeter, bahkan saat malam atau berawan.
NISAR dilengkapi dengan antena radar selebar 12 meter yang akan memindai hampir seluruh permukaan bumi dua kali setiap 12 hari. Satelit ini memakai dua instrumen radar dengan gelombang berbeda dari NASA dan ISRO untuk mengamati perubahan seperti kelembapan tanah, biomassa, dan pergerakan es di Antartika.
Instrumen ini akan sangat membantu dalam merespons bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan longsor karena dapat memberikan data cepat tentang bagaimana kondisi tanah berubah setelah kejadian bencana. Dengan begitu, penanganan dan evakuasi bisa dilakukan lebih efektif.
Namun, masa depan misi seperti NISAR menjadi tidak pasti karena rencana pemotongan anggaran NASA yang drastis untuk tahun fiskal 2026. Jika anggaran berkurang lebih dari 50%, sejumlah misi pengamatan bumi NASA dapat dibatalkan atau dihentikan, yang berpotensi menghambat kemajuan ilmu pengetahuan tentang perubahan iklim dan lingkungan.
Para ilmuwan berharap NISAR dapat mengawali sebuah era baru dalam penelitian dan pengamatan bumi. Misi ini direncanakan beroperasi minimal tiga tahun, dan jika sukses, akan membuka jalan untuk satelit-satelit penginderaan bumi lainnya di masa mendatang.